“Mari Kita Mulai Lagi”
“Setiap orang yang beriman,
selalu berusaha bagaimana menyenangkan Tuhannya”. Demikian kiranya alasan
mengapa kita ada, kita hidup, terus berbuat baik, rela berkorban dan menanggung
kesukaran hidup di tengah dunia ini. Ya... kita melakukannya untuk Tuhan karena
kita mengimaniNya dan berusaha meneladaniNya dalam realitas hidup harian kita.
Ketika kita datang ke dunia kita tidak menentukan kapan kita harus lahir,
demikian dengan akhir dari perziarahan hidup kita masing-masing tidak
seorangpun yang tahu. Untuk itulah Tuhan Allah kita yang maha baik dalam
firmanNya hari ini mengingatkan kita: “Berjaga-jagalah...”.
Setiap kita sebagai anak-anak
Allah telah diperlengkapi dengan keutamaan yang kita perlukan untuk menyikapi
kehidupan ini. Salah satu keutamaan itu adalah ‘kebijaksanaan’. Setiap orang memilikinya seperti sebuah pelita. Ya...
pelita yang Tuhan percayakan kepada kita namun pelita itu tanpa minyak dan
belum bernyala. Pelita itu tidak akan berguna jika kita hanya mendiamkannya
setelah menerimanya dari Tuhan. Kita harus mencari dan mengumpulkan minyak
untuk pelita kita yaitu kebijaksanaan itu sendiri. Kita harus menyalakannya dan
terus menjaganya tetap menyala agar menerangi jalan hidup kita. Pribadi yang
berjaga-jaga adalah cerminan dari pribadi yang bijaksana. Ia terus menjaga
langkah laku hidupnya tetap baik dalam terang pelita kebijaksanaan.
Dalam injil hari ini dikisahkan
kepada kita tentang gadis-gadis bodoh dan gadis-gadis bijaksana. Kita termasuk
yang mana?
Kita bukan makhluk yang sempurna. Itulah sebabnya Tuhan
mengingatkan kita: “Berjaga-jagalah...”. Berjaga-jaga agar kita didapati siap
menyambutNya ketika Ia menemui kita. Berjaga-jaga agar jagan sampai kita
kehabisan minyak dan pelita kita padam ketika Ia datang. Bagaimana bila hal itu
sungguh terjadi atas kita? Bagaimana Tuhan akan mengenali kita? Kita tidak bisa
membela diri dengan berkata Tuhan maha melihat, bahkan dalam kegelapanpun Ia
dapat mengenali kita. Tidak! Iman dan keselamatan juga menuntut inisiatif dari
kita. Kristus adalah kebijaksanaan sejati. Bila pelita kita menyala kita dapat
melihatNya dan berjalan mengikutiNya dalam segala yang baik dan benar. Demikian
bila pelita kita padam maka hidup kita akan gelap, kita tidak dapat melihat
Tuhan dengan jelas untuk dapat mengikutiNya. Kita akan tersesat di jalan kita
masing-masing yang cenderung tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saat ini kita tidak perlu memegahkan
diri bila selama ini kita bertekun di jalan Tuhan namun kita juga tidak perlu menghakimi
diri bila mana kita sering kali lalai dan tidak setia di jalanNya. Selalu ada
kesempatan untuk kembali di jalan yang baik dan Tuhan selalu memberi kita kesempatan
kembali padaNya. Seperti yang dipesankan St. Fransiskus Assisi kepada
putera-puterinya dan tentu kepada kita semua: “Mari kita mulai lagi, sebab
sampai saat ini kita belum berbuat apa-apa”. Berjaga-jagalah agar pelitamu,
pelitaku, pelita kita tetap menyala. Amin
#Renungan Minggu, 12
Nopember 2017 Hari Minggu Biasa XXXII
Keb. 6:13-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,7-8; 1Tes. 4:13-18 (1Tes. 4:13-14); Mat.
25:1-13
Sr. M. Germana. SFS