Dia Takdirku tetapi Bukan Jodohku
-Sujiwo Tejo-
Menikah itu nasib, mencintai itu takdir.
Kamu bisa berencana menikahi siapa saja, tapi tak dapat
kau rencanakan
CNTAMU untuk siapa.
Part 2: Tukang Parkir Pelit
“Harusnya kamu
tidak memberikan waktumu jika kamu tak berniat memberikan hatimu” Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan bergumam pada diriku sendiri
yang resah di ujung malam. Ini membuatku
tercengang pada diriku sendiri, hei... ada
apa denganku? Malam sudah selarut ini dan ke mana selera tidurmu yang tak
tahu diri itu??? Entah! Sambil menatap sosok pada cermin yang bergantung pada
dinding bisu itu aku tersenyum sinis pada diriku sendiri dan berbisik dengan
takut “dasar bodoh”. Ya... dia memang benar, namun sejak kapan aku sebodoh ini?
Pagi itu ponselku berdering dan kudapati tertera
panggilan atas namanya pada layar ponsel. Hi Jo... bla bla bla. Itu memang
namanya, pria sederhana yang kukenal begitu saja, yang suka bercerita tentang
dirinya, dan melucu hanya agar aku tertawa. Banyak waktu yang harus kuhabiskan
hanya untuk menerima telpon darinya yang tak kenal waktu, mendengarkan
celotehnya juga menikmati tingkahnya yang lucu. Jo... memang itu namanya hanya
saja aku lebih suka memanggilnya ‘si
tukang parkir’. Sayangnya di balik tingkahnya yang lucu, kadang dia menyebalkan
dan aku punya julukan lain untuknya yaitu ‘si
pelit’. Aku lupa alasan persisnya kenapa aku menyebutnya si pelit namun
baginya aku hanya punya satu nama yaitu ‘si bawel’.
Si tukang parkir pelit itulah julukan yang kuberikan
untuk pria asing yang tiba-tiba masuk dalam hidupku. Setelah kurenungkan
dalam-dalam, aku bergumam dalam hati dengan tanya yang tak pernah terjawab:
mengapa Tuhan mengijinkannya masuk dalam hidupku? Aku tak berniat memberikan
hatiku, namun setiap hari aku memberikan waktuku. Tak bisa kubohongi diriku
bahwa hatiku merasa bahagia akan kehadirannya. Hanya saja aku diam-diam meminta
pada diriku untuk tidak berharap bahwa dia adalah takdirku, ya... karena dia
tak seiman denganku. Berbeda harusnya tidak menjadi alasanku untuk menolak
diam-diam kehadirannya. Sayangnya, siapa yang menyangka bahwa setelah sekian
banyak waktu yang dilalui bersama, aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan
nyaman dengan semua tentangnya.
Lanjut part 3







